Contoh Asuhan Keperawatan(ASKEP) ASMA terbaru 2019
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian.
Asma bronkiale adalah penyakit
saluran napas dengan karakteristik berupa peningkatan reaktifitas (
hiperaktivitas ) trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi berupa penyempitan saluran napas lah yang menyeluruh ( Leksana,
dkk, 2005 ).Contoh Asuhan Keperawatan(ASKEP) .
Asma adalah penyakit obstruktif yang dapat pulih yang dicirikan oleh peningkatan reaktifitas trakea dan bronkus terhadap rangsangan, dimanifestasikan oleh mengi, dan dispnea, penyampitan karena kombinasi bronkospasme, pembengkakan mukosa, dan peningkatan sekresi ( Susan Martin Tucker, 1998 ).
B. Etiologi
Belum diketahui secara jelas,
factor pencetusnya ( menurut dr. Muhadi Muhiman, 1998 ) adalah:
- Reaksi alergi ( Reeves, 2000 )
- Keturunan ( Reeves, 2000 )
- 1. Bersihan jalan nafastak efektif berhubungan dengan bronkhospasme ditandai dengan whezing (+), klien mengeluh sesak nafas, batuk-batuk, sekret susah keluar, RR 30 x/ menit keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mempunyai riwayat keluarga asma, pasien mengeluh sesak napas.
- pola nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan kerja nafas ditandai dengan klien mengeluh sesak nafas, RR 30 x/ menit, N : 100 x / menit, ekspirasi diperpanjang dan wheezing.
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa tidak nyaman akibat sesak napas ditandai dengan mata tampak sayu, sklera kemerahan, lingkaran gelap di bawah mata, keluarga pasien mengatakan bahwa pasien susah tidur karena sesak napas.
- Pembahasan Pengkajian.
- Pembahasan Diagnosa Keperawatan
- Pembahasan Rencana Keperawatan
- Pembahasan Pelaksanaan / Tindakan Keperawatan
- Pembahasan evaluasi
- Pembahasan Pendokumentasian
Terhadap debu, asap, produk
pembersih, bau, udara dingin, ispa, dan stress.
Infeksi bakteri atau virus
pada saluran pernapasan. Kondisi yang memperburuk keadaan klinis pada penderita
yang lama
adalah:
♣ Penghentian pemakaian obat –
obatan bronkodilator secara mendadak
♣ Pemakaian bronkodilator yang
tidak benar
♣ Pemakaian sedative yang
berlebihan
Tanda dan Gejala ( Nelson, MD
2000 )
♣ Cold
dengan rhinorrea disertai: irritabilitas, batuk, takipnea, mengi
♣ Distres respirasi pada waktu atau segera
sesudah makan
♣ Kelainan rontgenogram
♣ Jalan
obstruktif pada usia awal ( 30% < 1 tahun dan 50 – 55% < 2 tahun)
♣ Kelenjar mukosa hiperplasia
♣ Penyempitan jalan napas
♣ Kurangnya kelenturan statis paru
♣ Kerangka iga lentur
♣ Kurangnya jumlah serabut otot
♣ Kurangnya ventilasi kolateral
Patofisiologi
Alergen yang masuk ke dalam tubuh merangsang sel plasma menghasilkan Ig E yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel mast. Sel mast ini disebut sel mast tersentisisasi.
Bila alergen serupa masuk ke dalam tubuh, maka allergen tersen mengeluarkan sel pada sel mast tersentisisasi yang kemudian mengalami degranulasi dan mengeluarkan sejumlah mediater seperti histamine, leukotrin dan factor pengaktifasi platelet, bradikinin, dll. Mediator ini menyebabkan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema, peningkatan produksi mucus, dan kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persyarapan simpatis.
GAMBAR PATWAY ASKEP ASMA
ASKEP ASMA |
Manifestasi Klinis
Pada anak
yang rentan, inflaimasi di saluran napas ini dapat menyebabkan timbulnya
episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya
pada malam hari atau pada dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan
penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi yang sebagian besar bersifat
reversible baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala dab serangan
asma biasanya timbul bila klien terpapar factor pencetus yang sangat beragam
dan bersifat individual.
Derajat Serangan Asma
Parameter
|
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
Ancanman gagal nafas
|
Aktifitas (bayi)
|
Berjalan (menangis keras)
|
Berbicara (menangis lemah)
|
Istirahat
(berhenti makan)
|
|
Bicara
|
Kalimat
|
Penggal kalimat
|
Kata - kata
|
|
Posisi
|
Bisa baring
|
Lebih suka duduk
|
Duduk bertopang tangan
|
|
kesadaran
|
Mungkin teragitasi
|
Biasanya teragitasi
|
Biasanya teragitasi
|
Bingung
|
Sianosis
|
(-)
|
(-)
|
(+)
|
|
Mengi
|
Sedang, akhir respirasi
|
Nyaring, ekspirasi ± inspirasi
|
Terdengar tanpa stetoskop
|
Sulit/tidak terdengar
|
Sesak napas
|
Minimal
|
Sedang
|
berat
|
|
Otot Bantu pernapasan
|
Biasanya tidak
|
Biasanya ya
|
Ya
|
Gerakan paradoks
|
Retraksi
|
Dangkal, ret.interkostal
|
Sedang, + ret.suprasternal
|
Dalam, + napas cuping hidung
|
Dangkal/hilang
|
Laju napas
|
Takhipnea
|
Takhipnea
|
Takhipnea
|
Turun
|
Laju nadi
|
Normal
|
Takhikardi
|
Takhikardi
|
Bradikhardi
|
Pulsus paradoksus
|
Tidak ada
( < 10mmhg )
|
Ada ( 10 – 20 mmhg )
|
Ada (< 20 mmhg)
|
Tidak ada (otot lelah)
|
Klasifikasi Asma
Menurut GINA ( Global
Inisiatif for Asma ) dan Heru Sundaru, 2000 adalah:
1. Asma Intermitten
Gejala klinis: kambuhan <
1- 2x seminggu, gejala asma pada malam hari < 2x sebulan, eksaserbasi dapat
mengganggu aktifitas tidur
2. Asma Persisten Ringan
Gejala Klinis: kambuhan 1 – 2x
seminggu tetapi < 1x /hari, gejala asma malam hari > 2x sebulan, eksaserbasi
dapat mengganggu aktifitas tidur.
3. Asma Persisten Ringan
Gejala klinis: setiap hari
sesak napas atau kambuh, gejala asma malam hari > 1x seminggu, eksaserbasi
dapat mengganggu aktifitas tidur.
4. Asma Persisten Berat
Gejala klinis: kambuhan sering,
gejala sesak terus – menerus atau continue, gejala sesak malam hari sering,
aktifitas fisik terbatas karena asma.
Potensial Komplikasi
· Edema pulmoner
· Gagal pernapasan
· Status asmatikus
· Pneumonia
Pemeriksaan Penunjang
·
Darah
tepi dan secret hidung: IgE total dapat meningkat
·
AGD:
CO2 meningkat ( asidosis
respiratorik )
·
Uji
fungsi paru: PEFR atau FEV1 menurun ( ada obstruksi )
·
Rontgen
thorax: emfisema paru, komplikasi
(ateletaksis, pneumothorax )
·
EKG:
pada klien dengan status asmatikus yang berat mungkin memperlihatkan gambaran
perubahan – perubahan pada jantung kanan.
·
Elektrolit:
perubahan kadar kalium dalam darah mungkin terjadi akibat terapi kortikosteroid
atau perubahan – perubahan ventilasi yang perlu dikoreksi.
Penatalaksanaan
· Medik
Penderita asma dapat tenang
atau tidak sedang ada serangan, tetapi juga dapat dalam keadaan serangan dan
serangan tersebut dapat ringan, sedang ataupun berat. Kadang bahkan dapat jauh
dalam keadaan status asmatikus, yakni serangan asma yang berat yang biasanya
diatasi dengan obat yang dapat menolong penderita. Jika serangan sedemikian
berat dan mengancanm nyawa penderita maka sebaiknya penderita segera di bawa ke
rumah sakit terdekat.
Serangan asma yang ringan
biasanya cukup diobati dengan bronkodilator oral atau aerosol, bahkan yang
ringan sekali tidak memerlukan pengobatan bronkodilator aerosol.
Pada serangan asma yang akut
tidak diperlukan kortikosteroid, sedangkan pada serangan ringan kronik atau
serangan ringan sedang perlu tambahan kortikosteroid disamping bronkodilator
dan juga diperlukan pemasangan oksigen.
Serangan asma yang berat bila
gagal dengan bronkodilator aerosol oral atau subcutan dan kortikosteroid perlu
theofilinum ( theofilin ) intravena dan koreksi penyimpangan asma basa serta
elektrolit. Oksigen sangatlah penting untuk klien ini. Keadaan klien yang
demikian ini memerlukan perawatan di rumah sakit.
Penanggulangan asma:
♥ Oksigen
♥ Periksa
keadaan gas darah dan pasang IVSD ( infuse ) dengan cairan 3 : 1, glukosa 10%
dan Nacl 0,9% + KCL mEq/kolf
♣ Koreksi
kekurangan cairan
♣ Koreksi
penyimpangan asam basa
♣ Koreksi
penyimpangan elektrolit
♥ Thofilin
yang sudah diberikan diteruskan. Ukur kadar theofilin dalan darah, pantau tanda
– tanda keracunan theofilin. Bila tnda jeracunan tidak ada dan keadaan serangan
asma belum membaikmungkkin perlu ditambah theofilin.
♥
Kortikosteroid dialnjutkan, jika belum diberi harus diberikan. Lebih baik
diberikan intravena, karena status asmatikus sangat diperlukan untuk
mempercepat hilangnya edema dan mengembalikan sensitifitas terhadap obat – obat
bronkodilator.
♥ Usaha
pengenceran lender dengan obat – obat
mukolitik untuk lendir yang banyak dan lengket di seluruh cabang –
cabang bronkus.
♥ Periksa foto thorax
♥ Lakukan pemeriksaan EKG.
♥ Cegah timbulnya stres.
Pantau tanda – tanda vital
secara teratur agar bila terjadi kegagalan pernapasan dapat segera ditolong,
bila perlu di rawat di ICU.
· Keperawatan
Perawatan klien dengan asma
ditujukan apabila:
♥ Klien
sedang tidak sedang mendapat serangan asma
perawatan pada klien ini
ditujukan untuk mencegah timbulnya serangan asma dengan memberikan pendidikan
kesehatan kepada klien maupun keluarganya. Mencegah timbulnya serangan asma
tersebut dengan menghindari factor pencetusnya.
Pendidikan yang dapat
diberikan kepada klien dan keluarganya
meliputi:
♣ klien
atau keluarga harus mengenal tanda – tanda terjadinya asma.
♣ Cara memberikan obat bronkodilator sebagai
pencegahan bila dirasa akan mengalami serangan asma.
♣ Mencegah
serangan asma dengan menghilangkan factor pencetus, misalnya debu, bau yang
merangsang, dan lain- lain.
♣ Kepada klien maupun kelurga perlu diberi
penjelasan tentang pentingnya selalu menyediakan obat untuk pencegahan maupun
untuk serangan.
♥ Klien sedang mendapat
serangan asma
Bila klien mendapat serangan
asma, masalah yang perlu diperhatikan pada saat
serangan adalah:
♣ Klien menderita kesukaran bernapas
♣ Gangguan rasa nyaman
B. Asuhan Keperawatan pada asma bronkiale
1. Pengkajian
a.
Data
demografi
-
Identitas
klien
-
Identitas
penanggung jawab/keluarga klien
b.
riwayat
kesehatan
keluhan utama
apa yang menjadi alasan klien
datang ke tempat pelayanan kesehatan?
Apa yang dikeluhkan klien saat
pengkajian
Keluhan utama pada pasien asma
biasabnya berupa sesak nafas disertai atau tanpa batuk
riwayat kesehatan sekarang
kapan gejala mulai dirasakan?
lamanya serangan gejala?
faktor presipitasinya?
riwayat kesehatan dahulu
apakah ada riwayat sesak nafas, alergi, eksem, urtikaria, hay fever dan
paparan zat-zat lingkungan yang menyebabkan bronkhospasme
riwayat kesehatan keluarga
apakah ada keluarga yang mempunyai riwayat atau menderita gangguan
sistem pernafasan: asma, pneumonia, kanker paru, bronkhitis, alergi, eksem,
urtikaria, dll.
c.
pola
pemeliharaan kesehatan
bagaimana
asupan nutrisinya?
Bagaimana
sanitasi lingkungannya?
d.
pemeriksaan
fisik
keadaan
umum
pemeriksaan
head to toe/per sistem
temuan/observasi:
distress
pernafasan tiba-tiba
perpanjangan
ekspirasi, mengi
perpendekan
periode inspirasi
retraksi interkostal dan strernal
penggunaan otot-otot aksesori pernafasan
sesak nafas
krekels
bunyi
nafas
mengi
menurun
tidak terdengar
duduk dengan
posisi tegak; bersandar ke depan
diaforesis
distensi vena
leher
cyanosis
area circumoral
dasar kuku
batuk keras, kering, batuk
produktif sulit
perubahan tingkat kesadaran
hipoksia
hipotensi
dehidrasi
peningkatan ansietas
takut menderita, takut mati
pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme, peningkatan produksi
sekret, penurunan energi, kelelahan, sekresi yang lengket.
b. Pola napas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
peningkatan kerja napas
c.Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplay O2 (obstruksi jalan napas oleh sekret,
bronkospasme ) kerusakan alveoli.
d. Ansietas
berhubungan dengan kesulitan bernapas, takut menderita dan atau takut serangan
berulang.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan sesak napas, kelelahan, efek samping obat,
produksi sputum, anoreksia, mual – muntah.
3. Perencanaan
a. Jalan napas tak efektif berhubungan dengan
bronkospasme, peningkatan produksi sekret, penurunan energi, sekret yang
lengket.
Tujuan :
jalan napas kembali efektif.
Kriteria
evaluasi, pasien akan :
·
Perbaikan
bunyi napas
·
Kecepatan
dan kedalaman pernafasan normal.
·
Tidak
ada dyspnea
·
Tidak
ada cyanosis
Intervensi
:
·
Berikan posisi tidur setengah duduk
·
Lindungi lingkungan dari polusi / zat – zat
alergen.
·
Tingkatkan intake cairan.
·
Ajarkan teknik batuk efektif.
·
Lakukan fisioterapi dada
·
Kolaborasi: bronkodilator
b. Pola napas tak efektifberhubungan dengan penurunan
ekspansi paru, peningkatan kerja napas
Tujuan:
pasien mempertahankan pola napas yang efektif.
Kriteria
evaluasi:
·
Frekuensi,
irama, dan kedalaman pernapasan normal
·
Tidak
ada atau dyspnea berkurang
·
TTV
dalam parameter normal
Intervensi:
· Monitor pernapasan, catat adanya bunyi napas
yang abnormal
· Catat rasio inspirasi : ekspirasi
·
Monitor adanya dyspnea, gelisah, penggunaan
otot bantu pernapasan
·
Posisikan pasien sehingga dapat mendukung atau
meningkatkan ekspansi paru
·
Pertahankan polusi minimum
·
Ajarkan teknik purse lip breathing
·
Lakukan fisioterapi dada
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan suplay O2,
kerusakan alveoli.
Tujuan :
gangguan pertukaran gas tidak terjadi.
Kriteria
evaluasi, pasien akan :
·
Mendemonstrasikan perbaikan ventilasi dan
keadekuatan O2.
·
Bebas dari gejala kegagalan pernapasan.
Intervensi :
·
kaji kualitas pernapasan, kedalaman dan
penggunaan otot pernapasan tambahan.
·
Berikan posisi semi fowler.
·
Monitor warna kulit, kuku dan mukosa.
·
Dorong pengeluaran sputum.
·
Kelola penggunaan O2
·
Monitor vital sign dan ritme jantung.
·
Kolaborasi dengan dokter untuk obat anti cemas
/ sedativa.
·
Monitor AGD arteri
d. Ansietas
berhubungan dengan kesulitan bernapas, takut menderita dan atau takut serangan
berulang
Tujuan: Pasien
mendemonstrasikan reduksi rasa takut dan ansietas
Kriteria
evaluasi:
·
Ekspresi
wajah stres
·
Mengungkapkan
perasaan cemas berkurang
·
TTV
dalam parameter normal
Intervensi:
·
Jelaskan
atau beritahu klien tentang proses penyakitindividu, dorong klien untuk
bertanya
·
Diskusikan
tentang pemberian terapi, efek samping dan reaksi yang tidak diiginkan
·
Tingkatkan
kondisi lingkungan yang mendukung
·
Dorong
klien untuk mencari cara – cara untuk mengontrol faktor – faktor pencetus yang
ada di sekitar klien
·
Anjurkan
untuk menggunakan oksigen yang aman dan merujuk ke perusahaan penghasil sesuai
dengan indikasi.
·
Rujuk
untuk evaluasi perawatn di rumah bila diindikasikan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
sesak napas, kelelahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual –
muntah.
Tujuan :
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria
evaluasi, pasien akan :
·
BB
ideal.
·
Pasien
menghabiskan 1 porsi makanan yang dihidangkan.
Intervensi :
·
Kaji
kebiasaan makan
·
Ukur
TB dan BB setiap hari.
·
Berikan
perawatan mulut (k/p)
·
Anjurkan
istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan.
·
Hindari
makanan yang terlalu panas, terlalu dingin ataupun makanan yang merangsang.
·
Kelola penggunaan O2 selama makan.
♣ Mulut : bibir agak kering, lidah agak kotor, pharing agak hiperemis, tak
ada nyeri telan
♣ Leher : pembesaran kelenjar thiroid (-), tidak ada keterbatasan gerak.
♣ Dada :
º Inspeksi
: bentuk simetris, retraksi dada (-), tidak ada kelainan bentuk, penggunaan otot bantu
pernafasan (-), ekspirasi diperpanjang.
º Palpasi : tidak ada ketertinggalan
gerak dinding dada saat bernafas
º Perkusi : sonor
º Auskultasi : wheezing (+), ronchi (-),S1 dan S2 murni tanpa bising
♣ Abdomen :
º Inspeksi : tidak tampak adanya
benjolan, pembesaran, luka/ bekas luka
º Palpasi : tidak ada pembesaran organ – organ intraabdomen, tidak ada
nyeri.
º Perkusi : thympani.
º Auskultasi : peristaltik 16 – 20x.
♣ Ekstremitas :
º Atas : simetris kanan – kiri, kuku merah muda, agak kotor, pendek, tidak
ada keterbatasan gerak.
º Bawah : simetris, kuku merah muda, agak kotor, pendek, tidak ada
keterbatasan gerak.
· Data Penunjang : tidak ada
Pengelompokan Data
Data subyektif
Pasien mengeluh sesak nafas
Banyak keringat
Tidak bisa tidur, matanya terasa berat
Sekret susah keluar, batuk-batuk
|
Data obyektif
Pasien sering menguap
Tampak lingkaran gelap di bawah mata
Keluar sekret bening dari hidung
Nadi : 100 x/ menit
RR : 30 x/ menit
Mata tampak sayu
Wheezing
Ekspirasi diperpanjang
|
I. ANALISA DATA
NO
|
Symptom
|
Etilogi
|
Problem
|
1
|
DO : - RR : 30x /menit
- wheezing
DS : klien mengeluh sesak nafas, batuk-batuk,
sekret susah keluar.
|
bronkospasme
|
Bersihan jalan napas tak efektif
|
2
|
DO : RR 30 x/ menit, N : 100 x/ menit, ekspirasi
diperpanjang, wheezing
DS : klien mengeluh sesak nafas
|
Peningkatan kerja nafas
|
Pola nafas tak efektif
|
3
|
DO : - mata tampak sayu
- sklera tampak kemerahan
- lingkaran gelap di bawah mata
- pasien sering menguap
DS : pasien mengeluh tak bisa tidur dan sekarang
matanya tersa berat
|
Rasa idak nyaman akibat sesak napas
|
Gangguan pola tidur
|
II.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan Asuhan Keperawatan ini dimulai dari
tahapan – tahapan seperti yang ada dalam proses keperawatan, yaitu pengkajian
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
Tujuan dilakukan pembahasan dalam kasus ini adalah
untuk mengupas kembali pelaksanaan asuhan keperawatan dan membandingkannya
dengan landasan teori pada Bab II, hal ini dilakukan kerana respon setiap
manusia terhadap satu masalah berbeda – beda.
Pengkajian pada kasus Ny AM ini
di mulai dari pengumpulan, pengelompokkan dan analisa data. Data dari kasus ini
dadapat dari pasien dan keluarganya.
Pada Bab II disebutkan bahwa
pengkajian pada kasus asma bronkiale antara lain: pasien mengeluh sesak napas
diikuti batuk dan mengi. Adanya riwayat serangan / alergi / eksim / urtikaria /
hay fever dan atau paparan zat – zat alergen.
Takipnea, bradikardi, pulsus
paradoksus, bradipnea, bradikardi, hipotensi. Penggunaan otot – otot bantu
pernapasan, whezing, cyanosis, ekspirasi diperpanjang, VEP1 menurun, hipoksemia, hipokarbia, alkalosis
respiratorik.
Data yang diperoleh adalah RR:
30 x /menit, whezing, riwayat serangan, adanya anggota keluarga yang mempnyai
riwayat yang sama, mata tampak sayu, mata kemerahan, lingkaran gelap di bawah
mata, keluarga pasien mengatakan bahwa pasien susah tidur dan sering rewel.
Data yang tidak ditemukan,
namun ada dalam teori adalah cyanosis, bradipnea, bradikardi, VEP1 menurun, hipoksemia, hipokarbia, alkalosis
repiratorik. Hal ini disebabkan karena gejala – gejala tersebut muncul pada
kondisi yang lebih berat, pemeriksaan penunjang yang lengkap dan memadai. Pada
kasus ini diperoleh data yang tidak terdapat dalam teori yaitu mata tampak
sayu, sklera kemerahan, lingkaran gelap di bawah mata, pasien mengatakan bahwa
pasien susah tidur .
Pada tahap
penentuan diagnosa keperawatan yang merupakan pernyataan gangguan kesehatan
baik aktual maupun potensial. Pada kasus ini muncul 3 diagnosa keperawatan yang
2 diantaranya sesuai dengan teori yaitu jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan bronkospasme, potensial terjadi gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan kurangnya suplay O2 akibat bronkospasme.
Sedangkan
diagnosa keperawatan yang tidak sesuai dengan teori adalah gangguan pola tidur
berhubungan dengan rasa tidak nyaman karena sesak napas.
Kemudian
diagnosa keperawatn yang ada dalam teori tetapi tidak muncul dalam kasus ini
adalah imbalance nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sesak
napas, kelelahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual dan
muntah.
Perumusan
diagnosa keperawatn dalam kasus ini, selain mengacu pada teori juga disesuaikan
dengan masalah yang ada berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian.
Adanya kesenjangan antara diagnosa keperawatn yang etrdapat dalam teori dengan
yang muncul pada kasus ini lebih disebabkan karena sifat dari masing – masing
individu yang unik dan beragamnya respon tubuh terhadap masalah yang ada.
Pada tahap
rencana keperawatan semua rencana yang dibuat telah disesuaikan keadaan pasien,
sarana dan prasarana yang ada.
Dalam
perumusan rencana keperawatan ini terlebih dahulu adalah menetapkan prioritas
masalah yaitu jalan napas yang tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme.
Penulis memilih ini sebagai prioritas karena dianggap paling urgen diantara
diagnisa yang lain. Lalu yang kedua adalah pola nafas tak efektif berhubungan
dengan peningkatan kerja nafas dan gangguan pola tidur berhubungan dengan
ketidaknyamanan akibat sesak napas.
Perencanaan
keperawatan disesuaikan dengan teori dan keadaan pasien dan difokuskan untuk
mengatasi masalah sesuai masalah yang ditentukan. Cara mengenali kemungkinan
penyebab atau etiologi dari asma tersebut, maka penulis menampilkan rumusan
masalah yang berhubungan dengan penyebab yang ditandai dengan tanda dan gejala
yang relevan.
Pada tahap
perencanaan, penulis mengatur dengan sedemikian rupa sehingga tetap mengacu
pada teori sekaligus harus berdasarkan masalah, kondisi dan kemampuan klien. Dengan
demikian pasien berhak menambah atau mengurangi rencana keperawatan dengan
dukungan fasilitas yang tersedia.
Pada tahap
pelaksanaan tindakan pada umumnya telah sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat, akan tetapi tidak semua rencana dapat dilaksanakan, karena
terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia.
Bagi
penulis, tahap pelaksanaan merupakan tahap yang paling penting dalam proses
keperawatan karena keahlian ( skill dan pengetahuan )juga kreativitas caregiver,
teruji dalam situasi yang benar-benar penulis alami sendiri dengan segala
kelebihan dan kekurangannya.
Secara umum, dalam
implementasi penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena penulis
membuat rencana keperawatan telah disesuaikan dengan kondisi yang ada, sehingga
diperlukan modifikasi yang mendekati kebenaran, dengan demikian tetap
sesuai dengan teori.
Secara
definitif, evaluasi digunakan untuk mengukur keberhasilan dari suatu tindakan
keperawatan yang telah dilakukan kepada pasien. Dengan menggunakan evaluasi
proses ( mengacu pada tindakan keperawatan ) dan evaluasi hasil ( yang mengacu
pada kesimpulan dari tindakan ). Dari sini dpat diketahui bahwa penulis mampu
melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada kasus asma bronkiale. Hal ini tampak
dari keberhasilan pencapaan tujuan, yaitu dapat teratasinya masalah – masalah keperawatan
yang timbul.
Kegiatan
pendokumentasian perawatan dilakukan setiap kali selesai melakukan tindakan keperawatan.
Pendokumentasian merupakan komunikasi tertulis yang digunakan oleh tim
kesehatan sebagai media informasi dari perkembangan yang dialami oleh pasien (
bila dilakukan di fasilitas kesehatan ). Dalam melakukan dokumentasi jangan
lupa mencantumkan jam, tanggal, tanda tangan dan nama terang dari perawat yang
bersangkutan dalam status/ format asuhan keperawatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lyinda Juall, 2000. Buku Saku
Keperawatan, Ed. 8. EGC, Jakarta.
Lismidar, 1990. Proses Keperawatan, UI
Press, Jakarta.
Mansjoer, Arief, 2001. Kapita Selekta
Kedokteran I, Media Aesculapius, FK UI.
Mansjoer, Arisf, 2000. Kapita Selekta
Kedokteran II, Media Aesculapius, FK UI.
Demikian penjelasan Contoh Asuhan Keperawatan(ASKEP) ASMA terbaru 2015. semoga bermanfaat. salam sehat :)
0 comments:
Posting Komentar